Jumat, 16 Desember 2011

Bagaimana Menjelaskan Masalah Seksual ??????


         Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua sendi kehidupan demi kebahagiaan manusia. Termasuk di dalamnya hubungan suami istri (hubungan seks). Namun terdapat pro dan kontra tentang bagaimana menjelaskannya.

            Beberapa kalangan kurang bisa membedakan antara “seks” dengan “porno”. Mereka nyaris tak bisa membedakan makna kedua kata tersebut. Akibatnya, setiap hal yang bersinggungan dengan seks, selalu dianggap porno.
            Oleh sebab itu kalau dilabelkan, muncullah beberapa istilah yang membuat kening berkerut : Pendidikan Seks, sama artinya dengan pendidikan porno. Penjelasan tentang Seks, artinya Penjelasan Porno. Hubungan Seks, artinya hubungan porno. Seksualitas, sama artinya dengan pornografi?
            Memang ruwet. Tapi begitulah setiap orang, sah-sah saja memiliki pendapat yang bagaimana pun ruwetnya. Masalahnya, itu pendapat yang sangat keliru. Beberapa catatan berikut, Insya Allah dapat mengurai keruwetn tersebut.

SEKS, BOLEHKAH DIJELASKAN SECARA DETAIL ???
            Ketika seks dibiarkan mengalir begitu saja, tanpa penjelasan, tanpa pendidikan, keruwetan itu mungkin tidak akan pernah ada. Namun saat ada yng menjelaskan tata cara berhubungan seks menurut ajaran Islam, mulailah muncul selentingan pertanyaan, ”Apakah itu bukan porno?”
            Untuk menjawabnya, terlebih dahulu dipaparkan, bahwa dalam hal ini, mungkin ada dua sudut pandang yang bergulir menjauh dari dasar-dasar pemahaman Islam yang benar.

PERTAMA, SEKS TAK PERLU DIAJARKAN
Persoalan makan, minum dan memenuhi kebutuhan seks, memang semua binatang bisa melakukannya tanpa diajari. Hanya seorang muslim yang berhubungan seks bukan dengan niat ibadah dan tidak berkeinginan masuk surga saja yang menganggap bahwa tata cara seks yang benar menurut Islam tidak perlu dijelaskan.
Petunjuk Allah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, meliputi segala persoalan dunia dan akhirat, menjadikan agama Islam ini unggul dalam segala sisinya, termasuk dalam soal makan, minum dan seks. Sementara, kita dituntut untuk mencontoh Rasulullah Saw dan menjalankan segala petunjuknya secara totalitas. Rasulullah Saw banyak memberikan petuntuk dan bimbingan, baik secara teori maupun praktis, beserta adab-adab dan etika dalam segala hal, Termasuk dalam berhubungan intim.

KEDUA, SEKS TAK PERLU DIJELASKAN SECARA DETAIL
Persoalan seks boleh saja diajarkan, dan itu sah dalam etika Islam, namun tidak perlu dijelaskan secara detail, karena bisa menggugah nafsu, membuka pintu-pintu fitrah (godaan syahwat), dan menjerumuskan banyak orang ke dalam maksiat.
Imam Ali berkata, ”Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka (sesuai dengan apa yang dapat mereka mengerti). Sudikah engkau menyaksikan Allah dan Rasul-Nya didustakan?”. (HR. Al-Bukhari)
Kita harus memberikan penjelasan terhadap berbagai ketentuan syariat dalam berbagai hal, dengan bahasa dan gaya penuturan yang dapat dengan mudah ditangkap dan dimengerti oleh masyarakat awam, termasuk dalam persoalan seks.
Dalam soal seks (seks yang halal dilakukan dengan pasangan yang sah menurut syar’i tentunya), ada perkara yang diharamkan (seperti menyetubuhi lewat anus), ada yang makruh (seperti bersetubuh tanpa pemanasan, dan bisa berkembang menjadi haram, bila berakibat fatal), ada yang mubah (seperti bersetubuh dengan segala posisi dan segala cara yang tidak ada larangannya), ada yang dianjurkan (seperti memulai hubungan seks dengan pemanasan, berciuman misalnya), ada yang wajib (seperti memberi kepuasan terhadap pasangan), dan seterusnya.
Bila dikatakan, bahwa sebagian penjelasan akan mengundang orang untuk membayang-bayangkan kegiatan seksual, dan itu berbahaya terutama bagi yang belum menikah, pernyataan itu amatlah picik, dan menunjukkan ketidakbersihan hati orang yang melontarkannya.

(Diringkas dan dikutip dari : Majalah Nikah Vol. 4, No. 11, Pebruari 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar