Sabtu, 28 April 2012

Analisa Sumber & Penggunaan Modal Kerja


          Laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan modal kerja dan perubahan unsur-unsur modal kerja selama periode yang bersangkutan.
          Ada tiga konsep atau definisi modal kerja :
1.       Konsep Kwantitatif
     Konsep ini menitikberatkan pada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
2.     Konsep Kwalitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan.
3.     Konsep Fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Modal kerja harus mampu membiayai pengeluaran sehari-hari (operasi perusahaan), karena akan menguntungkan perusahaan dalam beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Keuntungan lainnya antara lain :
v     Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar
v     Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban tepat pada waktunya
v     Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar
v     Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
v     Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya
v     Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien

Faktor-faktor yang menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi perusahaan :
  1. Sifat atau type dari perusahaan;
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah dibandingkan perusahaan industri, karena perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam Kas, Piutang, maupun Persediaan.
  1. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut;
  2. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan;
Bila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu pendek, maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar.
  1. Syarat penjualan;
Untuk memperkecil resiko piutang tak tertagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena hal itu pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya.
  1. Tingkat perputaran persediaan;
Menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali.
  1. Faktor Musiman;
  2. Volume Penjualan;
  3. Tingkat perputaran Piutang;
  4. Jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya.
Sumber modal kerja perusahaan berasal dari :
  1. Hasil operasi perusahaan
  2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)
  3. Penjualan aktiva tidak lancar
  4. Penjualan saham atau obligasi
Modal kerja akan bertambah apabila :
  1. adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan
  2. adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi
  3. adanya penambahan hutang jangka panjang (obligasi, hipotek) yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
Penggunaan Aktiva Lancar yang mengakibatkan penurunan Modal Kerja :
  1. Pembayaran biaya operasi perusahaan
  2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga (efek)
  3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan jangka panjang
  4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar
  5. Pembayaran hutang jangka panjang
  6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (Prive)
  7. Pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik perusahaan perseorangan dan persekutuan atau pembayaran deviden.
Penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang menyebabkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya :
  1. Pembelian efek secara tunai
  2. Pembelian barang dagang secara tunai
  3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain. (Misal: Piutang dagang ke piutang wesel)
Laporan Perubahan Modal Kerja merupakan penggambaran bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya yang berisi ringkasan tentang hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dan bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan modal kerja perusahaan tersebut.

Fungsi Laporan Perubahan Modal Kerja :
ü      Untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja;
ü      Agar sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang;
ü      Hasil analisanya digunakan sebagai dasar pengelolaan atau perencanaan modal kerja di masa yang akan datang.

Analisa Perubahan Laba Kotor


       Pada dasarnya perubahan laba kotor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan.
Perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya :
  1. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dapat dijual
  2. Perubahan harga jual per satuan produk
Perubahan laba kotor karena adanya perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan adanya :
  1. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan
  2. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan

Analisa perubahan laba kotor
  1. Perubahan harga jual per satuan produk (Sales Price Variance)




  (Hj2 - Hj1) K2
 




Keterangan :
Hj1     = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
Hj2     = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya
K2       = Kwantitas atau volume produk yg sesungguhnya dijual tahun ini
Apabila (Hj2-Hj1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan.

  1. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual




  (K2 - K1) Hj1
 




Keterangan :
K2       = Kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisasi tahun ini
K1       = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Hj1     = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya sebagai standar
Apabila (K2 - K1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan.

  1. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan




(HPP2 - HPP1) K2
 





Keterangan :
HPP2 = Harga Pokok Penjualan yang sesungguhnya
HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
K2       = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
Apabila (HPP2 - HPP1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan

  1. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan




  (K2 - K1) HPP1
 





Keterangan :
K2       = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
K1       = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
Apabila (K2 - K1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan.

Sebab-sebab adanya penurunan laba bruto dapat dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah I :
Perhitungan perubahan laba kotor karena perubahan volume dan harga jual :
Hasil penjualan                                                                                             xxx
Unit penjualan 1989 x harga budget                                                       xxx
Perubahan karena kenaikan harga jual                                                 xxx
(menguntungkan)

Unit penjualan 1989 x harga budget                                                       xxx
Penjualan menurut Budget 1989                                                             xxx
Perubahan karena berubahnya volume (tidak menguntungkan)     xxx



 


Langkah II :
Perhitungan perubahan laba kotor karena perubahan volume dan harga pokok :
Harga Pokok Penjualan 1989                                                                  xxx
Unit penjualan 1989 x Harga pokok per budget                                  xxx
Perubahan karena kenaikan harga pokok                                            xxx
(tidak menguntungkan)
     
Unit penjualan x harga pokok per budget                                             xxx
Harga pokok penjualan per budget                                                         xxx
Perubahan karena berubahnya volume harga pokok penjualan     xxx
(menguntungkan)

Minggu, 22 April 2012

Analisa Break Even Point (BEP)

Analisa BEP mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa BEP dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen jika diterapkan pada taksiran periode yang akan datang. Penggunaan budget ini akan lebih bermanfaat bagi manajemen apabila disertai dengan teknik-teknik perencanaan atau analisa seperti analisa BEP karena untuk mengetahui besarnya BEP perlu diadakan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume, harga jual dan laba.

BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang BEP saja, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

a.     Penentuan Tingkat BEP
Untuk dapat menentukan tingkat BEP, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dalam  memisahkannya bukanlah hal yang mudah, jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa BEP perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode tertentu.

        Tingkat BEP ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis. Secara matematis, tingkat BEP dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Secara grafis, untuk menggambarkan tingkat volume dan labanya diperlukan grafik atau bagan BEP. Untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan mencapai BEP ditentukan dengan rumus sebagai berikut :BEP (dalam satuan) = Biaya tetap dibagi margin per satuan barang

Marginal income ratio adalah ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai BEP, dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat BEP dengan harga jual per satuan barang tersebut.

a.     Manfaat BEP
  1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan
  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
  4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Menurut Rony (1990, p. 357) analisis BEP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
a.       Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b.      Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c.       Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk manajemen, yaitu :
  1. Membantu pengendalian melalui anggaran.
  2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
  3. Menganalisa dampak perubahan volume.
  4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
  5. Merundingkan upah.
  6. Manganalisa bauran produk.
  7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
  8. Menganalisa margin of safety.

b.     Grafik BEP dan Grafik Laba per satuan
Dengan grafik BEP, manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Selain itu, manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel. Di samping itu, manajemen dapat mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan sudah menimbulkan laba.

Dari grafik laba per satuan maupun dari tabelnya, manajemen akan memperoleh informasi tentang hubungan antara volume penjualan, biaya dan laba per satuan barang; manajemen akan memperoleh informasi tentang besarnya biaya per satuan, rugi maupun laba untuk berbagai tingkat penjualan/produksi tersebut dan besarnya satuan barang yang harus dijual agar perusahaan tidak menderita rugi dan belum memperoleh laba.

c.      Anggapan-anggapan dan Keterbatasan Analisa BEP
Pada umumnya konsep atau anggaran dasar yang digunakan dalam analisa BEP, antara lain :
a.       Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat;
  1. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh;
  2. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan;
  3. Bahwa harga jual per satuan barang tidak akan berubah, berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum;
  4. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

Asumsi-Asumsi Dasar Analisa BEP menurut Mulyadi (1993, p. 259) :
a.        Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b.       Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
c.         Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d.        Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e.        Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f.          Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g.        Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h.       Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Analisis BEP mempunyai keterbatasan, yaitu:
·        Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
·        Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
·        Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
·        Sales mix adalah konstan

Berdasarkan keterbatasan tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila:
1.      Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2.      Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.      Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5.      Margin Of Safety. Dalam hubungannya dengan analisis BEP yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

d.     Margin of Safety
Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.
Prosentase dari Margin of Safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan,
 
a.     Akibat Perubahan Berbagai Faktor
  1. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah pula.
  1. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan kenaikan biaya variabel, maka jumlah biaya juga akan berubah, begitu pula besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah.
  1. Kenaikan Harga Jual
Manajement perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang diharapkan dapat menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi, perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan perubahan besarnya BEP.
  1. Perubahan Komposisi Penjualan
Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa BEP dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan tersebut. Maka, komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (produk-mix dan sales-mix). BEP dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan BEP. Apabila komposisinya berubah maka BEP-nya secara total akan berubah pula.

b.     Kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen
1.      Analisa BEP dan Keputusan Penambahan Investasi
Hasil analisa BEP di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume dan laba, juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajement dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1)  Memperbandingkan tingkat BEP sebelum adanya tambahan investasi baru dengan sesudah adanya tambahan investasi tersebut;
2) Menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang;
3) Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut.

2.      Analisa BEP dan Keputusan Menutup Usaha
Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus maupun dengan grafik BEP.

            Biaya variabel biasanya merupakan biaya tunai dan biaya tetap sebagian merupakan biaya tunai dan sebagian lagi merupakan sunk cost. Untuk menghitung jumlah satuan barang yang harus dijual agar dapat menutup biaya tunainya (shut down point), yaitu biaya tetap tunai dibagi dengan marginal income per unit.
 
Bila digunakan grafik, maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.

Di samping kedua kegunaan tersebut, analisa BEP dapat pula digunakan untuk membantu memecahkan masalah lain, misalnya : penentuan harga jual terendah yang memungkinkan untuk diterima oleh perusahaan, penentuan produk yang harus ditingkatkan ataupun dikurangi produksinya untuk memperoleh keutungan yang terbesar, menentukan akibat adanya perubahan tingkat harga ataupun product mixture, penentuan profit/keuntungan yang akan diperoleh pada berbagai tingkat volume penjualan dan masalah lain yang dihadapi manajemen perusahaan.

Sumber :
Munawir,S.2010.Edisi Keempat:Analisa Laporan Keuangan.Liberty,Yogyakarta.