Minggu, 22 April 2012

Analisa Break Even Point (BEP)

Analisa BEP mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa BEP dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen jika diterapkan pada taksiran periode yang akan datang. Penggunaan budget ini akan lebih bermanfaat bagi manajemen apabila disertai dengan teknik-teknik perencanaan atau analisa seperti analisa BEP karena untuk mengetahui besarnya BEP perlu diadakan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume, harga jual dan laba.

BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang BEP saja, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

a.     Penentuan Tingkat BEP
Untuk dapat menentukan tingkat BEP, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dalam  memisahkannya bukanlah hal yang mudah, jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa BEP perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode tertentu.

        Tingkat BEP ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis. Secara matematis, tingkat BEP dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Secara grafis, untuk menggambarkan tingkat volume dan labanya diperlukan grafik atau bagan BEP. Untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan mencapai BEP ditentukan dengan rumus sebagai berikut :BEP (dalam satuan) = Biaya tetap dibagi margin per satuan barang

Marginal income ratio adalah ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai BEP, dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat BEP dengan harga jual per satuan barang tersebut.

a.     Manfaat BEP
  1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan
  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
  4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Menurut Rony (1990, p. 357) analisis BEP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:
a.       Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
b.      Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
c.       Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk manajemen, yaitu :
  1. Membantu pengendalian melalui anggaran.
  2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
  3. Menganalisa dampak perubahan volume.
  4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
  5. Merundingkan upah.
  6. Manganalisa bauran produk.
  7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
  8. Menganalisa margin of safety.

b.     Grafik BEP dan Grafik Laba per satuan
Dengan grafik BEP, manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Selain itu, manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel. Di samping itu, manajemen dapat mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan sudah menimbulkan laba.

Dari grafik laba per satuan maupun dari tabelnya, manajemen akan memperoleh informasi tentang hubungan antara volume penjualan, biaya dan laba per satuan barang; manajemen akan memperoleh informasi tentang besarnya biaya per satuan, rugi maupun laba untuk berbagai tingkat penjualan/produksi tersebut dan besarnya satuan barang yang harus dijual agar perusahaan tidak menderita rugi dan belum memperoleh laba.

c.      Anggapan-anggapan dan Keterbatasan Analisa BEP
Pada umumnya konsep atau anggaran dasar yang digunakan dalam analisa BEP, antara lain :
a.       Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat;
  1. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh;
  2. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan;
  3. Bahwa harga jual per satuan barang tidak akan berubah, berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum;
  4. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

Asumsi-Asumsi Dasar Analisa BEP menurut Mulyadi (1993, p. 259) :
a.        Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
b.       Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
c.         Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
d.        Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
e.        Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
f.          Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g.        Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
h.       Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Analisis BEP mempunyai keterbatasan, yaitu:
·        Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
·        Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
·        Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
·        Sales mix adalah konstan

Berdasarkan keterbatasan tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila:
1.      Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2.      Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.      Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
5.      Margin Of Safety. Dalam hubungannya dengan analisis BEP yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

d.     Margin of Safety
Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.
Prosentase dari Margin of Safety dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan,
 
a.     Akibat Perubahan Berbagai Faktor
  1. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah pula.
  1. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan kenaikan biaya variabel, maka jumlah biaya juga akan berubah, begitu pula besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah.
  1. Kenaikan Harga Jual
Manajement perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang diharapkan dapat menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi, perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan perubahan besarnya BEP.
  1. Perubahan Komposisi Penjualan
Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa BEP dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan tersebut. Maka, komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (produk-mix dan sales-mix). BEP dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan BEP. Apabila komposisinya berubah maka BEP-nya secara total akan berubah pula.

b.     Kegunaan Analisa BEP bagi Manajemen
1.      Analisa BEP dan Keputusan Penambahan Investasi
Hasil analisa BEP di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume dan laba, juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajement dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1)  Memperbandingkan tingkat BEP sebelum adanya tambahan investasi baru dengan sesudah adanya tambahan investasi tersebut;
2) Menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang;
3) Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut.

2.      Analisa BEP dan Keputusan Menutup Usaha
Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus maupun dengan grafik BEP.

            Biaya variabel biasanya merupakan biaya tunai dan biaya tetap sebagian merupakan biaya tunai dan sebagian lagi merupakan sunk cost. Untuk menghitung jumlah satuan barang yang harus dijual agar dapat menutup biaya tunainya (shut down point), yaitu biaya tetap tunai dibagi dengan marginal income per unit.
 
Bila digunakan grafik, maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.

Di samping kedua kegunaan tersebut, analisa BEP dapat pula digunakan untuk membantu memecahkan masalah lain, misalnya : penentuan harga jual terendah yang memungkinkan untuk diterima oleh perusahaan, penentuan produk yang harus ditingkatkan ataupun dikurangi produksinya untuk memperoleh keutungan yang terbesar, menentukan akibat adanya perubahan tingkat harga ataupun product mixture, penentuan profit/keuntungan yang akan diperoleh pada berbagai tingkat volume penjualan dan masalah lain yang dihadapi manajemen perusahaan.

Sumber :
Munawir,S.2010.Edisi Keempat:Analisa Laporan Keuangan.Liberty,Yogyakarta.

Sabtu, 31 Maret 2012

ANALISA KREDIT


1.    Pendahuluan
Fungsi Bank pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting adalah membiayai proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit.
Pemberian kredit ini megandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat bank teknis; yang terkenal dengan 5 C, yiatu :
(1)  Character
Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansiilnya.
(2)  Capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
(3)  Capital
Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansiilnya dalam penekanan pada komposisi ”tangible net worth”nya. Bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan jumlah modal sendiri.
(4)  Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank.
(5)  Conditions
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha si peminta kredit.
Disamping formula ”5C” tersebut diatas, didalam pemberian kredit Bank akan memperhatikan aspek-askpek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai oleh kredit Bank. Secara umum aspek-aspek pertimbangan tersebut meliputi :
1.    Aspek Umum;
2.    Aspek Ekonomi/Komersiil
3.    Aspek Teknik
4.    Aspek Yuridis
5.    Aspek Kemanfaatan dan Kesempatan kerja
6.    Aspek Keuangan
Dalam hubungannya dengan penilaian aspek finansiil suatu permohonan kredit, hal-hal yang perlu dinilai adalah sebagai berikut :
a.    Neraca dan Laporan Rugi Laba
b.    Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
c.     Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Budget)
d.    Proyeksi Laporan Keuangan
e.    Penilaian Proyek Investasi
f.     Perhitungan Kebutuhan Kredit
g.    Rencana Anggaran Kredit (Repayment Schedule)

2.    Penilaian Laporan Keuangan
Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah, ialah dengan jalan memperoleh Neraca, Laporan Rugi Laba dan keterangan lainnya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang sudah diaudit, karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap pembukuan nasabah.
Sebelum melangkah dalam penilaian Neraca dan Laporan Rugi Laba, maka perlu diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesui dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan terjamin kebenarannya. Sedapat mungkin diperoleh laporan keuangan untuk beberapa periode atau minimal laporan keuangan 2 periode yang terakhir.
Terhadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan teknik analisa sebagai berikut :
1.    Analisa per pos/komponen, adalah meneliti/menganalisa masing-masing pos yang ada dalam neraca maupun laporan rugi laba. Misalnya : Analisa terhadap pos Piutang Dagang
2.    Analisa Prosentase per komponen. Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase; yaitu prosentase dari masing-masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan untuk pos-pos laporan rugi laba prosentase dihitung bea terhadap jumlah penjualan bersih.
3.    Analisa Perbandingan/Analisa Naik Turun. Dalam analisa ini kita mengadakan perbandingan pos-pos dalam neraca dan laporan rugi laba dari suatu periode dengan periode yang lainnya (periode yang berurutan).
4.    Analisa Ratio. Ratio menggambarkan perimbangan antara suatu pos dengan pos yang lain, baik yang tercantum dalam neraca maupun laporan rugi laba untuk mengetahui posisi keuangan nasabah/calon peminjam kredit.
Di bawah ini beberapa ratio yang penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisa kredit :
(1)  Ratio Likuiditas, yaitu ratio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan kewajiban finansiil pada sat ditagih
a.    Current ratio = Aktiva Lancar + Hutang Lancar
b.    Cash ratio = (Kas + Bank) + Hutang Lancar
c.     Quick ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
d.    Inventory to working capital = Persediaan + (Aktiva Lancar - Hutang Lancar) atau Persediaan + Modal Kerja
(2)  Ratio Leverage
a.    Debt to equity ratio = Total Hutang + Modal Sendiri
b.    Current liabilities to net worth = Hutang Lancar + Modal Sendiri
c.     Tangible assets debt coverage = Aktiva Tetap Berwujud + Hutang Jangka Panjang
d.    Long term debt to equity ratio = Hutang Jangka Panjang + Modal Sendiri
e.    Debt service = (EBIT - Pajak + Bunga ) + (Angsuran Kredit + Bunga)
(3)  Ratio Aktivitas
a.    Perputaran persediaan (Inventory turn over), yaitu ratio antara penjualan dengan rata-rata persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung dengan memperbandingkan antara Harga Pokok Penjualan dengan rata-rata persediaan.
b.    Average collection periode = Piutang + Penjualan Neto perhari secara kredit
c.    Perputaran Aktiva Tetap (Fixed assets turn over) = Penjualan Neto + Aktiva Tetap
d.  Perputaran Modal Kerja (Working capital turn over) = Penjualan Neto + Modal Kerja
(4)  Ratio Rentabilitas
a.    Profit margin; dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan
b.    Return on investment; ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%)
c.     Return on equity; ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri
d.    Laba per lembar saham; ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar.
Dengan mengadakan analisa ratio akan diketahui perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi hasil analisa ratio tersebut bukan merupakan suatu alat yang dapat memberikan jawaban yang pasti untuk keputusan akhir pemberian kredit. Analisa ratio hanya dianggap sebagai langkah permulaan dari proses pengambilan keputusan untuk memberikan kredit.

3.    Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Maksud utama analisa ini adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan dana tersebut dibelanjai/dipenuhi. Dari mana datangnya dana dan untuk apa dana itu digunakan. Dengan mengadakan analisa terhadap laporan tersebut dapat diketahui bagaimana perusahaan itu mengelola/menggunakan dana yang dimiliki. Pengertian dana disini adalah sama dengan modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

4.    Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Budget Kas)
Budget kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas (cash flow) perusahaan tersebut. Dari budget kas akan dapat ditentukan :
·    kapan dan berapa besarnya deposisi kredit akan dilaksanakan, serta jangka waktu kreditnya
·        kapan dan berapa besarnya angsuran kredit dapat dilakukan
·        kemungkinan adanya surplus/defisit karena rencana operasi perusahaan
Kalau diperbandingkan dengan analisa laporan sumber dan penggunaan kas, maka perbedaannya terleyak pada tujuannya. Laporan sumber dan penggunaan kas menunjukkan darimana uang kas diterima dan digunakan untuk apa saja uang kas yang telah/akan diterima dalam periode tersebut, sedangkan budget kas tujuannya lebih jauh dari itu yaitu ingin mengetahui saat-saat penerimaan dan pengeluaran uang (serta jumlahnya masing-masing) serta saat-saat adanya surplus atau defisit kas.
Penyusunan budget kas, menurut Drs. Bambang Riyanto, dapat dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
1. menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan
2.    menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari Bank atau sumber-sumber dan lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan.
3.   menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari transaksi operasionil dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Prosedur penyusunan cash-flow dapat disederhanakan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Uraian
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Saldo awal .............................................
Penerimaan ...........................................
a
b
d
e
g
h
Jumlah kas keseluruhan
(a+b)
(d+e)
(g+h)
Pengeluaran ..........................................
c
f
i
Saldo akhir ............................................
(a+b)-c
(d+e)-f
(g+h)-i

d
g
dst.

Contoh penyusunan budget kas PT. R&D (semua data uang dalam puluhan ribu rupiah) :
(1)  Perkiraan penjualan tunai untuk tahun 2010 :
Januari ............................................................ Rp    308
Februari .......................................................... Rp    361
Maret .............................................................. Rp    176
Triwulan II ..................................................... Rp 1.271
Triwulan III .................................................... Rp 1.785
Triwulan IV .................................................... Rp 1.812
(2)  Estimasi penjualan kredit :
Januari ............................................................ Rp 1.000
Februari .......................................................... Rp 1.200
Maret .............................................................. Rp 1.500
Triwulan II ..................................................... Rp 4.000
Triwulan III .................................................... Rp 3.600
Triwulan IV .................................................... Rp 3.800
Kerugian karena piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman sebesar 1% dari penjualan kredit.
(3)  Pola pengumpulan piutang dagang diperkirakan :
-      bulanan : 70%, 20% dan 10% berturut-turut sejak terjadinya penjualan
-      triwulan : masing-masing 90% dan 10% berturut-turut sejak triwulan penjualan
(4)  Berbagai pengeluaran yang membutuhkan kas :
·         Pembelian bahan baku :
Januari     = Rp 600                                 Triwulan II    = Rp 1.750
Februari   = Rp 700                                 Triwulan III  = Rp 1.700
Maret       = Rp 500                                 Triwulan IV   = Rp 1.750
·         Pembayaran upah :
Januari     = Rp 250                                 Triwulan II    = Rp 800
Februari   = Rp 300                                 Triwulan III  = Rp 750
Maret       = Rp 200                                 Triwulan IV   = Rp 800
·         Biaya penjualan :
Januari     = Rp 200                                 Triwulan II    = Rp 680
Februari   = Rp 200                                 Triwulan III  = Rp 780
Maret       = Rp 200                                 Triwulan IV   = Rp 870
·         Biaya administrasi dan umum :
Januari     = Rp 350                                 Triwulan II    = Rp 1.200
Februari   = Rp 500                                 Triwulan III  = Rp 1.670
Maret       = Rp 400                                 Triwulan IV   = Rp 1.580
·         Pembayaran pajak :
Januari     =     -                                       Triwulan II    = Rp 150
Februari   =     -                                       Triwulan III  = Rp 150
Maret       = Rp 100                                 Triwulan IV   = Rp 200
(5)  Estimasi salso kas pada akhir bulan Desember 2009 berjumlah Rp 100
(6)  Persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp 50
Dari data dan informasi di atas, dapatlah disusun cash flow dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Anggaran pengumpulan piutang







Waktu
Jumlah Piutang
Kerugian Piutang
Piutang Bersih
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Saldo
Jan
Feb
Mar
Januari
1000
10
990
693
198
99
-
-
-
-
Februari
1200
12
1188
-
831.6
237.6
118.8
-
-
-
Maret
1500
15
1485
-
-
1039.5
297
148.5
-
-
Kuartal II
4000
40
3960
-
-
-
3564
396
-
-
Kuartal III
3600
36
3564
-
-
-
-
3207.6
356.4
-
Kuartal IV
3800
38
3762
-
-
-
-
-
3385.8
376.2
Jumlah
15100
151
14949
693
1030
1376.1
3979.8
3752.1
3742.2
376.2


b. Estimasi penerimaan kas






Jenis penerimaan
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Januari
Februari
Maret
Penjualan tunai
308
361
176
1271
1785
1812
Pengumpulan piutang
693
1029.6
1376.1
3979.8
3752.1
3742.2
Jumlah
1001
1390.6
1552.1
5250.8
5537.1
5554.2

c. Estimasi pengeluaran kas






Jenis pengeluaran
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Januari
Februari
Maret
Pembelian bahan baku
600
700
500
1750
1700
1750
Pembayaran upah
250
200
200
800
750
800
Biaya penjualan
200
300
200
680
780
870
Biaya administrasi & umum
350
500
400
1220
1670
1580
Pembayaran pajak
-
-
100
150
150
200
Jumlah
1400
1700
1400
4600
5050
5200

d. Kas sementara







Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Januari
Februari
Maret
Penerimaan
1001
1390.6
1552.1
5250.8
5537.1
5554.2
Pengeluaran
1400
1700
1400
4600
5050
5200
Jumlah
-399
-309.4
152.1
650.8
487.1
354.2

e. Skedul penerimaan dan pembayaran kredit & bunga



Uraian
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Januari
Februari
Maret
Saldo kas awal
100
53.8
60.6
198.9
835.6
618.9
Terima kredit
360
330
-
-
-
-
Membayar kredit
-
-
-
-
-690
-

460
383.8
60.6
198.9
145.6
618.9
Surplus (defisit)
-399
-309.4
152.1
650.8
487.1
354.2
Pembayaran bunga
-7.2
-13.8
-13.8
-13.8
-13.8
-
Saldo kas akhir
53.8
60.6
198.9
835.9
618.9
973.1
Kredit kumulatif
360
690
690
690
690
690

f. Budget kas akhir






Uraian
Kuartal I
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Januari
Februari
Maret
Saldo kas awal
100
53.8
60.6
198.9
835.6
618.9
Penerimaan :






* Penjualan tunai
308
361
176
1271
1785
1812
* Pengumpulan piutang
693
1029.6
1376.1
3979.8
3752.1
3742.2
* Penerimaan kredit
360
330
-
-
-
-
Jumlah penerimaan
1361
1720.6
1552.1
5250.8
5537.1
5554.2
Jumlah kas
1461
1774.4
1612.7
5449.7
6372.7
6173.1
Pengeluaran :






* Pembelian bahan baku
600
700
500
1750
1700
1750
* Pembayaran upah
250
200
200
800
750
800
* Biaya penjualan
200
300
200
680
780
870
* Biaya administrasi & umum
350
500
400
1220
1670
1580
* Pembayaran pajak
-
-
100
150
150
200
* Pembayaran bunga
7.2
13.8
13.8
13.8
13.8
-
* Pembayaran kredit
-
-
-
-
690
-
Jumlah pengeluaran
1407.2
1713.8
1413.8
4613.8
5753.8
5200
Saldo akhir kas
53.8
60.6
198.9
835.9
618.9
973.1

5.    Proyeksi Laporan Keuangan
Pemohon kredit biasanya dalam mengajukan permohonan, disamping harus dilampiri laporan keuangan dua tahun terakhir, juga harus membuat proyeksi neraca dan laporan rugi laba minimal untuk satu tahun berikutnya. Dari proyeksi neraca dan laporan rugi laba ini dapat dianalisa dengan teknik yang sama dengan laporan keuangan sebelumnya. Tetapi disamping itu perlu pula diterapkan metode atau teknik analisa yang lain yaitu Analisa Break Even. Dengan analisa ini akan dapat diketahui penjualan minimal yang harus dicapai oleh nasabah agar tidak mengalami kerugian. Apabila hal ini sudah diketahui, maka kita dapat menilai apakah sekiranya perusahaan pemohon kredit akan mampu mencapai tingkat volume penjualan tersebut.

6.    Penilaian Proyek Investasi
Setelah diperoleh gambaran mengenai posisi keuangan baik untuk masa lalu maupun waktu yang akan datang, maka langkah selanjutnya adalah mngadakan penelitian terhadap rencana proyek investasinya itu sendiri, yaitu menilai perlu tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Metode yang dapat digunakan untuk memilih berbagai macam usul investasi antara lain :
  • Pay-back Period
  • Average Return in Investment
  • Present Value
  • Discounted Cash Flow
7.    Perhitungan Kebutuhan Kredit
      Cara perhitungan kebutuhan kredit tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan. Apabila kredit tersebut berupa kredit jangka pendek (kredit modal kerja), maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari budget kas, atau dengan menggunakan metode perputaran modal kerja (gross working capital turnover) sebagai berikut :

(1)
Pada tingkat penjualan sekarang :
      Penjualan Bersih       =
Perputaran Modal Kerja

Rp .................................
(2)
Untuk tambahan penjualan yang direncanakan :
    Tambahan penjualan   =
Perputaran Modal Kerja

Rp ................................. (+)

(3)

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan

Rp .................................


(4)

Modal kerja yang dimiliki sekarang

Rp ................................. (-)


(5)

Jumlah kredit yang dapat dipertimbangkan

Rp .................................


Apabila jenis kredit yang diberikan adalah kredit jangka panjang (misalnya kredit investasi), maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari Budget Modal (capital budgeting) atau dari rencana penggunaan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

8.    Daftar Angsuran Kredit
Rencana pembayaran kembali/pelunasan kredit disusun sesuai dengan cash budget/cash flow projection, jenis serta sifat kredit yang diminta serta projection income statement.
Contoh : PT. Jaya Makmur Sentosa mendapatkan kredit sebesar Rp 10.000.000. bunga 12% per tahun dihitung dari sisa pinjaman; pembayaran bunga dilakukan tiap 6 bulan. Grace period 6 bulan; jangka waktu pinjaman 5 tahun. Jenis kredit investasi (sifat kredit investasi adalah aflopend plafond artinya kredit investasi harus dilunasi secara berangsur-angsur sesuai skedul pelunasan yang telah ditetapkan). Berdasarkan data tersebut dapat disusun Daftar Angsuran Kredit sebagai berikut :


Tahun

Jumlah Pembayaran

Bunga
Pembayaran Angsuran Pinjaman

Plafond
Sisa Pinjaman
1.
I
II
600.000
1.600.000
600.000
600.000
-
1.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
9.000.000
Akhir tahun 1.

2.200.000
1.200.000
1.000.000
9.000.000
9.000.000
2.
I
II
1.540.000
1.480.000
540.000
480.000
1.000.000
1.000.000
9.000.000
8.000.000
8.000.000
7.000.000
Akhir tahun 2.

3.020.000
1.020.000
2.000.000
7.000.000
7.000.000
3.
I
II
1.420.000
1.360.000
420.000
360.000
1.000.000
1.000.000
7.000.000
6.000.000
6.000.000
5.000.000
Akhir tahun 3.

2.780.000
780.000
2.000.000
5.000.000
5.000.000
4.
I
II
1.300.000
1.240.000
300.000
240.000
1.000.000
1.000.000
5.000.000
4.000.000
4.000.000
3.000.000
Akhir tahun 4.

2.540.000
540.000
2.000.000
3.000.000
3.000.000
5.
I
II
1.680.000
1.590.000
180.000
90.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
0
Akhir tahun 5.

3.270.000
270.000
3.000.000
0

 Jumlah ...........
13.810.000
3.810.000
10.000.000



9.    Penutup
Dari penilaian terhadap aspek finansiil tersebut kiranya sudah mencakup tujuan daripada penilaian terhadap pertimbangan pemberian kredit, yaitu kita mengetahui sampai dimana kemampuan perusahaan pemohon kredit di dalam :
-          melaksanakan operasinya pada masa yang akan datang
-          menyediakan kebutuhan modal kerja
-          memenuhi kewajiban finansiilnya
-          menciptakan/memperoleh laba
Seberapa jauh atau luas analisa atau penilaian aspek keuangan ini akan tergantung pada besar kecilnya resiko yang harus dihadapi oleh Bank.